Dear, Pembaca yang baik,
Ketika pertama kali aku menulis Summer in Seoul, gagasan untuk membuat
tetralogi sama sekali tidak terpikirkan olehku. Summer in Seoul, yang
pada awalnya memiliki judul yang sama sekali berbeda, kutulis untuk
diikutsertakan dalam lomba. Karena aku tidak menang (hiks…), aku
membongkar dan merapikan kembali cerita itu, mencari judul yang lebih
menarik (terus terang saja, judul awalnya sangat mengerikan), lalu
mengirimkannya kepada Gramedia Pustaka Utama. Hasilnya? Summer in Seoul
pun diterbitkan. Hore!
Setelah itu, aku mulai memikirkan buku berikut. Dan Tara Dupont, yang
pertama kali muncul di Summer in Seoul sebagai tokoh sampingan, terlihat
seperti karakter yang menarik. Dia terkesan seperti seseorang yang
punya banyak cerita. Jadi aku pun menghampirinya dan membiarkannya
bercerita.
Ide untuk membuat tetralogi muncul setelah Autumn in Paris selesai
ditulis. Saat itu aku berpikir, “Karena sudah ada musim panas dan musim
gugur, sebaiknya aku melanjutkan dengan musim dingin dan musim semi.
Baiklah, sekarang apa yang harus kutulis untuk cerita musim dingin?”
Langsung saja, Ishida Keiko melangkah maju dan bertanya apakah aku
bersedia menulis cerita tentang dirinya. Aku tidak mungkin menolak
kesempatan itu.
Di tengah-tengah penulisan Winter in Tokyo, aku sadar bahwa setelah ini
aku harus menelusuri kehidupan kembaran Keiko, Naomi, yang hanya pernah
diungkit-ungkit namun tidak pernah terlihat. Banyaknya kemungkinan alur
cerita yang bisa diberikan Naomi yang misterius menegaskan keputusanku
untuk mengikutinya dan menulis kisah hidupnya.
Masing-masing penulis memiliki cara tersendiri dalam menulis. Aku pun
begitu. Aku tidak membuat rencana atau kerangka ketika menulis. Satu
cerita hanya diawali satu ide sederhana, lalu aku menunggu ide itu
berkembang dengan sendirinya. Aku mengamati ke mana alur cerita itu
mengalir dan menulis mengikuti aliran itu. Aku tidak pernah menyuruh
tokoh-tokohku melakukan tindakan tertentu atau mengucapkan kata-kata
tertentu. Aku hanya menempatkan mereka dalam suatu keadaan, lalu melihat
apa yang mereka lakukan dan apa yang akan mereka katakan. Karena ini
kisah mereka, bukan kisahku.