Matilah Aku
Hari ini adalah hari terburuk bagiku. Bagaimana tidak, bos-ku yang
killer itu seakan-akan hendak memakan siapa saja yang berbuat salah di
kantor hari ini.
“Alia! Kamu ini bagaimana sih, kamu kan sudah bekerja tiga tahun
disini! Masa datang ke kantor masih saja terlambat tiga menit!”
bentaknya di depan mukaku pagi ini.
Aku hanya telat tiga menit! Tapi Sang Bu Bos marah seakan-akan aku
terlambat tiga jam saja. Aku segera ambil handphone ku dan membuka
aplikasi chat.
“Fin, kamu tau ga sih? Parah banget deh ibu bos, kayanya dia lagi PMS
kali ya? Atau bosen hidup melajang?” ketikku dengan berapi-api seraya
mengetuk tombol send.
Read. Pesanku telah dibaca oleh Fina.
“Terus ya, kasian banget si Budi, hari ini dapet SP cuma gara-gara salah kirim laporan! Parah banget kan?”
Read.
“Kamu gimana, Fin? Diapain hari ini? Hahaha”.
Read.
“Fin? Kok cuma dibaca doang sih, Fin? Sehat lo?”.
Read.
“Deg. Jangan-jangan…”
Aku kembali lihat layar handphone-ku dengan tangan gemetaran untuk
memastikan. “Oh My God! Matilah aku, itu bukan Fina Astuti temanku, itu
Fina Dwiningrum, Sang Bu Bos yang sedang berapi-api!”
Kulirik kubikel Fina, ia sedang asyik main pac man di komputernya.
Lalu kulirik ke sebelah kanan dengan takut-takut, wajah Bu Fina terlihat
memerah seperti kepiting rebus. Ingin rasanya aku mengajukan resign
saat itu juga.
“Matilah aku…”